preload

About Me

Lorem Ipsum

pernafasan pada bayi

Published in:
Sedangkan Konsensus Pediatri Internasional III (1998) membagi derajat asma menjadi:
  1. Asma episodik jarang
  2. Asma episodik sering
  3. Asma persisten
Etiologi (Penyebab)
Faktor genetik berperan penting dalam asma. Saat ini ada sekitar 80 gen yang berhubungan dengan asma, salah satunya adalah gen ADAM-33 (a disintegrin and metalloprotease-33), gen yang ditemukan pada tahun 2002. Selain faktor genetik, penyebab asma adalah mukltifaktor.
Epidemiologi
Prevalensi total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada anak). Prevalensi tersebut sangat bervariasi. Di Indonesia, prevalensi asma pada anak berusia 6-7 tahun sebesar 3% dan untuk usia 13-14 tahun sebesar 5,2% (Kartasasmita, 2002).
Berdasarkan laporan National Center for Health Statistics atau NCHS (2003), prevalensi serangan asma pada anak usia 0-17 tahun adalah 57 per 1000 anak (jumlah anak 4,2 juta), dan pada dewasa > 18 tahun, 38 per 1000 (jumlah dewasa 7,8 juta). Jumlah wanita yang mengalami serangan lebih banyak daripada lelaki.
WHO memperkirakan terdapat sekitar 250.000 kematian akibat asma. Sedangkan berdasarkan laporan NCHS (2000) terdapat 4487 kematian akibat asma atau 1,6 per 100 ribu populasi. Kematian anak akibat asma jarang.
Faktor Risiko
Berbagai faktor yang dapat memengaruhi terjadinya serangan asma, kejadian asma, berat ringannya asma, dan kematian akibat asma antara lain:
  1. Jenis kelamin
Prevalensi asma pada anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan.
  1. Usia
Umumnya gejala seperti asma pertama kali timbul pada usia muda, yaitu pada tahun-tahun pertama kehidupan.
  1. Riwayat atopi (alergi)
Laporan dari Inggris; anak usia 16 tahun dengan riwayat asma atau mengi, akan terjadi serangan mengi 2x lipat lebih banyak jika anak pernah mengalami hay fever, rinitis alergi, atau eksema. Beberapa laporan juga membuktikan bahwa sensitisasi alergi terhadap alergen inhalan, susu, telur, atau kacang pada tahun pertama kehidupan, merupakan prediktor timbulnya asma.
  1. Lingkungan
Beberapa alergen yang dapat meningkatkan risiko menderita asma pada anak antara lain: serpihan kulit binatang piaraan, tungau debu rumah, jamur, dan kecoa.
  1. Ras
Prevalensi asma dan kejadian serangan asma pada ras kulit hitam lebih tinggi daripada kulit putih (Steyer, dkk., 2003).
  1. Asap rokok
Prevalensi asma pada anak yang terpajan asap rokok lebih tinggi daripada anak yang tidak terpajan asap rokok.
  1. Outdoor air polution
Beberapa partikel halus di udara seperti: debu di jalan raya, nitrat dioksida, karbon monoksida, atau SO2, diduga berperan meningkatkan gejala asma, namun belum didapatkan bukti yang disepakati.
  1. Infeksi saluran pernafasan
Infeksi RSV (respiratory syncytial virus) merupakan faktor risiko yang bermakna untuk terjadinya mengi di usia 6 tahun. Sedangkan infeksi virus berulang yang tidak menyebabkan infeksi saluran pernafasan bawah dapat memberikan anak proteksi terhadap asma.
Manifestasi Klinis
* Pada serangan asma ringan:
- Anak tampak sesak saat berjalan.
- Pada bayi: menangis keras.
- Posisi anak: bisa berbaring.
- Dapat berbicara dengan kalimat.
- Kesadaran: mungkin irritable.
- Tidak ada sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa).
- Mengi sedang, sering hanya pada akhir ekspirasi.
- Biasanya tidak menggunakan otot bantu pernafasan.
- Retraksi interkostal dan dangkal.
- Frekuensi nafas: cepat (takipnea).
- Frekuensi nadi: normal.
- Tidak ada pulsus paradoksus (< 10 mmHg)
- SaO2 % > 95%.
- PaO2 normal, biasanya tidak perlu diperiksa.
- PaCO2 < 45 mmHg

About This Blog

Lorem Ipsum

Diberdayakan oleh Blogger.

Lorem Ipsum

Lorem

Search